Halaman

Kamis, 30 Desember 2010

Gaharu


Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara penghasil gaharu di dunia, karena mempunyai lebih dari 25 jenis pohon penghasil gaharu yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Gaharu merupakan komoditi elit Hasil Hutan Bukan Kayu yang saat ini banyak di minati oleh konsumen, baik dalam negeri maupun luar negeri.


Kayu Gaharu yang sudah di proses

Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997), diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu :

       Aquilaria subintegra, asal Thailand
       Aquilaria crassna asal Malaysia, Thailand, dan Kamboja
       Aquilaria malaccensis, asal Malaysia, Thailand, dan India
       Aquilaria apiculina, asal Filippina
       Aquilaria baillonii, asal Thailand dan Kamboja
       Aquilaria baneonsis, asal Vietnam
       Aquilaria beccarain, asal Indonesia
       Aquilaria brachyantha, asal Malaysia

       Aquilaria cumingiana, asal Indonesia dan Malaysia
       Aquilaria filaria, asal China
       Aquilaria grandiflora, asal China
       Aquilaria hilata, asal Indonesia dan Malaysia
       Aquilaria khasiana, asal India
       Aquilaria microcarpa, asal Indonesia Malaysia
       Aquilaria rostrata, asal Malaysia
       Aquilaria sinensis, asal Cina

Proses pembentukan
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka.

Hasil suntikan
Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem
pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman.Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.

Nilai Ekonomi
Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia. Harga gaharu kualitas baik di tingkat konsumen di pasar internasional, sekitar US $ 5 sd. 15 per gram,  (Rp 45.000,- sd. 135.000,-). Sedemikian tingginya nilai produk gaharu, hingga penjualannya menggunakan bobot gram. Bukan ons atau kg. Gaharu adalah bahan parfum, kosmetik dan obat-obatan (farmasi). Parfum diperoleh dari hasil ekstraksi resin dan kayunya. Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas penting, semenjak jaman Mesir Kuno. Mumi mesir, selain diberi rempah-rempah (kayumanis, cengkeh), juga diberi cendana dan gaharu. Dalam injil, disebutkan bahwa kain kafan Yesus (Isa Al Masih), diberi Aloe. Istilah ini bukan mengacu ke Aloe vera (lidah buaya), melainkan kayu gaharu.
Itulah sebabnya kayu gaharu juga disebut sebagai aloeswood (kayu aloe). Nama dagang lainnya adalah agarwood, heartwood, dan eaglewood. Di pasar internasional, gaharu murni diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk dan minyak (parfum). Kayu gaharu bisa dijadikan bahan kerajinan bernilai sangat tinggi, atau untuk peralatan upacara keagamaan. Serbuk gaharu digunakan untuk dupa/ratus, dan minyaknya merupakan parfum kelas atas. Serbuk gaharu sebagai dupa akan dibakar langsung dalam ritual keagamaan. Baik Hindu, Budha, Konghucu, Thao, Shinto, Islam dan Katolik. Kayu gaharu disebut sebagai kayu para dewa. Aroma gaharu karenanya dipercaya mampu menyucikan altar dan peralatan peribadatan lainnya.
Selain itu dupa gaharu juga dimanfaatkan untuk mengharumkan ruangan, rambut dan pakaian para bangsawan. Aroma gaharu akan digunakan sebagai aromaterapi di spa-spa kelas atas.  Selain untuk ritual keagamaan, parfum dan kosmetik, produk gaharu juga sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistik. Baik pemanfaatannya, terlebih lagi proses pencariannya dari alam. Pengambilan gaharu dari hutan, memang selalu dilakukan secara tradisional, dengan berbagai ritual dan kebiasaan setempat. Pencarian gaharu di lokasi sulit, harus menggunakan pesawat terbang atau helikopter. Beberapa kali pesawat terbang dan heli pencari gaharu, hilang di hutan belantara di Kalimantan, hingga memperkuat kesan mistis produk gaharu.

Minggu, 19 Desember 2010

Cagar Alam Kendawangan

Luas:150.000 Ha
Letak:Kabupaten Ketapang
Penunjukan kawasan:Tahun 1982
Cagar Alam Muara Kendawangan memiliki tipe ekosistem hutan pantai, rawa air tawar dan tipe hutan dataran rendah.
Pencapaian kawasan dapat dilakukan dengan kendaraan darat (Mobil) selama +4 jam dari Kota Ketapang.
Jenis tumbuhan yang terdapat di dalam kawasan diantaranya Meranti (Shorea sp), Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Jelutung (Dyera lowii).
Pada ekosistem pantai menjadi tempat bertelurnya Penyu Belimbing (Dermochellelys coriaceae), beraneka ragam burung pantai dan Kura Gading (Orlitia borneensis). Pada tipe hutan rawa air tawar menjadi habitat Bekantan (Nasalis larvatus) dan beberapa jenis Primata lainnya.

Sabtu, 18 Desember 2010

Pengenalan Pohon Ramin


Kayu Ramin dihasilkan oleh pohon yang termasuk marga (genus) Gonystylus dari suku (family) Tyhmelaeaceae yang banyak tumbuh di daerah rawa gambut dalam hutan alam. Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 10 (sepuluh) jenis pohon Ramin, antara lain: G.affinis A.Shaw, G.brunescens A.Shaw, G.confuses A.Shaw, G.forbesii Gilg, G.keithii A.Shaw, G.macrophyllus A.Shaw, G.maingayi Hk.f, G.velutinus A.Shaw, G.xylocarpus A.Shaw dan G.bancanus (Miq.) Kurz. Ramin merupakan nama yang ditujukan untuk jenis: G.xylocarpus A.Shaw, G.velutinus A.Shaw dan Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz. Untuk jenis G.affinis A.Shaw dan G. forbesii Gilg sering disebut sebagai kayu minyak. Di antara kesepuluh jenis tersebut, jenis Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz yang paling banyak diminati untuk diperdagangkan. Pada laporan studi ini nama Ramin yang digunakan oleh tim studi ditujukan kepada jenis Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz. Selain Ramin, nama lokal yang sering dipakai untuk jenis Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz dari beberapa lokasi dapat dilihat pada Tabel 1.Pohon Ramin termasuk jenis yang memiliki kecenderungan hidup mengelompok dengan sebaran terbatas. Ramin tergolong pohon sedang, yang memiliki batang bundar, tingginya bisa mencapai 40 - 50 m serta memiliki garis tengahnya mencapai 120 cm. Ramin memiliki kulit kayu berwarna kelabu sampai coklat kemerahan tergantung umur kayu Ramin, tidak bergetah bermiang serta beralur dangkal. Kayunya memiliki warna putih sampai kekuningan dengan daun berbentuk jorong atau bundar telur sungsang. Kayu Ramin berwarna kuning pada waktu ditebang, apabila telah dikeringkan akan berwarna keputih­putihan. Kayu Ramin disebut an attrac­tive, high class utility hardwood dengan tekstur yang halus dan rata serta berserat halus.Tingkat keawetan alami kayu Ramin tergolong rendah sehingga butuh perlakuan khusus dan kayunya tergolong kelas awet V karena sangat peka terhadap serangan jasad perusak atau bubuk kayu basah (blue stain). Dengan demikian apabila ingin memperoleh ketahanan dalam pemakaian, kayu jenis Ramin harus diawetkan terlebih dahulu. Kayu Ramin tergolong jenis sangat mudah diawetkan serta mempunyai berat jenis 0,63.

Ramin tumbuh pada tanah podsolik, tanah gambut, tanah aluvial dan tanah lempung berpasir kwarsa yang terbentuk dari bahan induk endapan. Habitat Ramin mempunyai tingkat keasaman (pH) bervariasi dari 3,6 sampai dengan 4,4. Apabila meninjau dari sifat biologisnya, Ramin bukanlah jenis tumbuhan yang mempunyai siklus perbuahan yang teratur pada tiap tahunnya dan akibatnya, regenerasi alam jenis Ramin lebih lambat daripada jenis lain. Selain faktor di atas, kondisi lingkungan tempat tumbuh juga sangat besar pengaruhnya.Musim bunga dari pohon Ramin bervariasi setiap daerah dengan interval yang tidak beraturan. Biasanya musim berbunga pohon Ramin dari bulan Februari – Maret tetapi ada juga yang berbunga pada bulan Mei dan Oktober. Dua sampai tiga bulan kemudian tiba musim berbuah dan masaknya buah di antara bulan Oktober sampai Januari. Jika buah telah masak maka akan terlihat warna oranye kemerah­merahan. Warna tersebut merupakan warna kulit buah bagian dalam, karena kulit buah bagian luar akan mengelupas dengan sendirinya.



PENYEBARAN POHON RAMIN

Pohon jenis Ramin tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 dpl. Saat ini marga Gonystylus terdiri dari sekitar 30 jenis di seluruh dunia dan jumlah ini masih mungkin bertambah dikarenakan masih ada jenis yang belum teridentifikasi. Di Kalimantan khususnya Serawak, terdapat 27 jenis Ramin yang kesemuanya digolongkan sebagai jenis yang terancam punah. Tujuh jenis dijumpai di Sumatera dan Peninsular Malaysia dan dua jenis terdapat di Philipina. Di Malaysia, jenis Ramin dijumpai pada wilayah Penin­sular (yaitu: Perak, Johor dan Selangor), Sabah dan Serawak. Di Philipina, terdapat di Cagayan, Neuva Ecija, Bataan, Laguna, Quezon, Camarines, dan Mindoro. Penyebaran jenis Ramin sampai ke Asia Pasifik seperti : Nikobar, Fiji dan kepulauan Solomon.
Penyebaran jenis Ramin di Indonesia yang pernah teridentifikasi terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya dan terutama di Pulau Sulawesi. Di Pulau Jawa, Ramin tumbuh di Nusakambangan, sepanjang pantai Jawa Barat di kaki gunung Gede dan anten. Ramin juga dijumpai di Riau, Bangka Belitung , pesisir timur Pulau Sumatera dan sepanjang Sungai Musi pada Pulau Sumatera. Pada Pulau Kalimantan sebarannya terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Di Indonesia untuk sekarang ini, jenis kayu Ramin hanya dapat dijumpai di kawasan hutan rawa Pulau Sumatera, kepulauan di selat Karimata, dan Pulau Kalimantan. Kawasan konservasi merupakan habitat tersisa dari jenis Ramin yang masih memiliki tegakan relatif rapat dan memiliki diameter pohon relatif besar.

Di Pulau Sumatera, khususnya propinsi Riau dan Jambi, kawasan yang teridentifikasi memiliki tegakan pohon Ramin antara lain: Hutan Lindung Giam-Siak Kecil, Suaka Margasatwa Danau Bawah dan Danau Pulau Besar, Suaka Margasatwa Tasik Belat, Suaka Margasatwa Tasik Sekap, Suaka Margasatwa Bukit Batu dan Taman Nasional Berbak di Propinsi Jambi. Selain di kawasan konservasi, di beberapa hutan produksi yang dikelola oleh perusahaan kehutanan diindikasikan masih ada tegakan Ramin dalam jumlah yang tergolong kecil. Hak Penguasaan Hutan (HPH) PT. Diamond Raya Timber, PT. Rokan Permai, PT. Triomas FD (ketiganya anak perusahaan GrupUniseraya), PT. Inhutani IV di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) PT. Uniseraya merupakan beberapa perusahan kehutanan yang memiliki tegakan jenis Ramin.

Untuk Pulau Kalimantan, Ramin dapat ditemukan di Taman Nasional Tanjung Puting, DAS Sebangau dan DAS Mentaya (Kalimantan Tengah), sementara di Propinsi Kalimantan Barat, tegakan jenis Ramin dapat dijumpai di Kabupaten Sambas, Cagar Alam Mandor, Cagar Alam Muasra Kaman, Taman Buru Gunung Nyiut, Suaka Margasatwa Pleihari Martapura, Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Gunung Palung serta sekitarnya. Dan ada kemungkinan bahwa di beberapa daerah lahan basah Pulau Kalimantan masih memiliki tegakan Ramin. Berdasarkan data inventarisasi Departemen Kehutanan, perusahaan yang masih mempunyai tegakan Ramin adalah HPH PT. Bintang Arut di Kalimantan Tengah
.
Berdasarkan dari lokasi yang telah teridentifikasi masih memiliki populasi Ramin, tim studi memilih secara acak beberapa lokasi untuk dijadikan sebagai lokasi studi. Lokasi yang dijadikan sebagai lokasi studi antara lain: Taman Nasional Tanjung Puting dan SM Danau Bawah dan Danau Pulau Besar yang merupakan kawasan konservasi, areal konsesi PT. Diamond Raya Timber yang merupakan kawasan hutan produksi serta kawasan bekas areal hutan produksi seperti LAHG Cimtrop, bekas areal PT. Sumber Alam Jaya dan PT. Diamond Raya Timber.


Senin, 13 Desember 2010

Pohon Ulin

Pohon Ulin
Pohon Kayu Ulin\Kaltim



Nama lain dari pohon ulin adalah pohon kayu besi. Dan sebenarnya, pohon ulin (eusideroxylon zwageri) adalah salah satu pohon yang terkenal dari hutan Kalimantan dengan ciri kayunya keras dan kuat, warna gelap, dan tahan terhadap air laut. Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan. Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah sumatera bagian selatan dan kalimantan.

Tinggi pohon ulin mencapai 50 m dengan diameter hingga 120 cm, dan tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5-400 m di atas permukaan laut .Pohon tersebut agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ada bagian yang berlobang.

Jenis kayu dari pohon ulin ini tidak mudah lapuk baik di air maupun daratan. Sayangnya, pohon ini tidak bisa tumbuh pada semua kawasan hutan. Biasanya tumbuh pada dataran tinggi dengan tanah berpasir. Oleh karena itu, pembibitan dan pembudidayaannya agak sulit dilakukan.

Rabu, 10 November 2010

Taman Nasional Gunung Palung




Taman Nasional Gunung Palung merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki keaneka-ragaman hayati bernilai tinggi, dan berbagai tipe ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan rawa, rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan pamah tropika, dan hutan pegunungan yang selalu ditutupi kabut.
Taman nasional ini merupakan satu-satunya kawasan hutan tropika Dipterocarpus yang terbaik dan terluas di Kalimantan.
Sekitar 65 persen kawasan, masih berupa hutan primer yang tidak terganggu aktivitas manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan dan satwa liar.
Seperti daerah Kalimantan Barat lain, umumnya kawasan ini ditumbuhi oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar (Agathis borneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora sp., Sonneratia sp., ara si pencekik, dan tumbuhan obat.
Tumbuhan yang tergolong unik di taman nasional ini adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata), yang mudah dilihat di Sungai Matan terutama pada bulan Februari-April. Daya tarik anggrek hitam terlihat pada bentuk bunga yang bertanda dengan warna hijau dengan kombinasi bercak hitam pada bagian tengah bunga, dan lama mekar antara 5-6 hari.
Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini.



Satwa yang sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung yaitu bekantan (Nasalis larvatus), orangutan (Pongo satyrus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri), kukang (Nyticebus coucang borneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), kancil (Tragulus napu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Tidak kalah menariknya keberadaan tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis) yang sangat langka, dan sulit untuk dilihat.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong. Wisata bahari dan berenang
Gunung Palung (1.116 m. dpl) dan Gunung Panti (1.050 m. dpl). Pendakian, air terjun, pengamatan tumbuhan/satwa dan berkemah.
Cabang Panti. Pusat penelitian dengan fasilitas stasiun penelitian, wisma peneliti dan perpustakaan.
Kampung Baru. Pengamatan satwa bekantan.
Sungai Matan dan Sungai Simpang. Menyelusuri sungai, pengamatan satwa dan wisata budaya (situs purbakala).
Atraksi budaya di luar taman nasional:Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d September setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :Dari Ketapang (plane) selama 1,5 jam, atau dengan kapal motor antara 6-7 jam, dilanjutkan ke Sukadana (kendaraan roda empat) sekitar dua jam. Dari Sukadana ke lokasi melalui Sungai Meliya dengan longboat (bandong) sekitar empat jam. Pontianak – Teluk Batang (speed boat) empat jam dan dilanjutkan ke Teluk Melano (kendaraan roda dua) sekitar satu jam. Pontianak – Teluk Melano (speed boat) antara 9-10 jam.
Kantor : Jl. Gajah Mada Desa Kalinilam Ketapang
Kalimantan Barat

Cagar Alam Gunung Nyiut

Luas:124.500 Ha
Letak:Kabupaten Bengkayang
Penunjukan kawasan:Tahun 1988
Kawasan Cagar Alam Gunung Nyiut memiliki ekosistem hutan hujan tropis pegunungan, dengan kondisi topografi sedang hingga curam dengan puncak tertinggi (Gn. Nyiut) 1701 m dpl. Kondisi hutan masih memperlihatkan ciri dari hutan tropika basah yang kaya akan flora dan fauna. Berbagai jenis anggrek alam dan terdapatnya salah satu jenis flora langka (Rafflesia sp) menunjukkan kekayaan sumber daya alam kawasan tersebut.
Masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan umumnya dari suku Dayak, yang hidup sebagai peladang dan pemburu serta pengumpul hasil hutan.
Selain sebagai kawasan perlindungan flora dan fauna, kawasan Cagar Alam Gunung Nyiut juga sangat berpotensi sebagai lokasi penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini sering dilakukan oleh para Pelajar, Mahasiswa dan para peneliti baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Penelitian yang dilakukan umumnya mengenai keanekaragaman hayati yang terdapat di dalam kawasan serta kehidupan masyarakat sekitar kawasan.
ASSESIBILITAS
NO.RUTE PERJALANANKENDARAANWAKTU
(JAM)
1Pontianak – Sanggau Ledo
Sanggau Ledo – Dawar
Dawar – Kawasan
Bus
Kendaraan umum
Jalan kaki
4
2
5
2Pontianak – Ngabang
Ngabang – Serimbu
Serimbu – Kawasan
Bus
Kendaraan umum
Motor air
4
3
2

Sabtu, 23 Oktober 2010

Syarat Perkebunan Kelapa Sawit


Pembuka lahan perkebunan kelapa sawit harus memenuhi syarat sebagai berikut diantarnya  :
1.Pembukaan harus memiliki izin dari menegement yang terkait antara lain
a.Izin AMDAL
b.Izin PPH dll
2.Survei areal
3.Penyusunan tata ruang
4.Block design/blocking areal
5.Pembuatan jalan dan jembatan serta drainase
6.Pembukaan lahan secara manual yang meliputi antara lain:
a.Imas/penebasan yang menggunakan alat sederhana (parang)
b.Tumbang/penebangan pohon dari sisa imas menggunakan alat mekanis seperti chainsor
Pembukaan lahan secara chemis menggunaka alat sprayer/knapshak dengan bahan kimia gliposat dan paraquat untuk areal lalang dan semak belukar.
c.Rumpuk perun yaitu kegiatan memotong dan perumpuk pohon-pohon yang ditumbang menjadi staking dengan alat berat/buldoser/eskapator
d.Pembuatan teras kontur/siring
7.Pemancangan dan kerapatan tanamnya
8.Pebuatan lobang tanam dan pupuk dasar untuk mengurangi zat asam pada tanah
9.Tanam/melakukan penanaman bibit kelapa sawit
10.Sensus / chek bibit yang sudah ditanam
11.Tambal sulam / penyisipan jika ada yang mati atau tidak ada tanamannya
12.Nomor block/penomoran block (block code)
demikian urutan pebukaan lahan perkebunan kelapa sawit sampai dengan penanaman, jika ada kesalahan / kekeliruan dalam penulisan atau susunan/kekurangan silahkan coment

Gambar Kerusakkan Hutan






Greenpeace merilis rangkaian foto yang menunjukkan pembabatan hutan besar-besaran untuk areal konsesi kelapa sawit di Kalimatan yang menurut Greenpeace, areal itu dimiliki oleh anak anak perusahaan dari PT Sinar Mas Group di Kalimantan. Foto itu yang diambil dari udara pada Senin 5 Juli dan Selasa 6 Juli 2010. Foto : Greenpeace/Ardiles. http://www.beritalingkungan.com/foto/2010-07/rusaknya-hutan-kalimatan/

Kamis, 14 Oktober 2010

Cagar Alam Raya Pasi

CAGAR  ALAM  RAYA  PASI / OBYEK  WISATA  ALAM  GUNUNG  POTENG

  1. Dasar hukum, letak dan luas
  2. Cagar Alam Raya Pasi/Obyek Wisata Alam Gunung Poteng ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 326/Kpts-Um/5/1978 tanggal 20 Mei 1978 dengan luas 3.742 Ha.
    Cagar Alam Raya Pasi/OWA Gn Poteng secara geografis terletak di antara 049’-051’ Lintang Utara dan 10859’-10991’ Bujur Timur. Secara administratif termasuk Kecamatan Tujuh Belas dan sebagian kecil dalam wilayah Kecamatan Samalantan, Kabupaten Dati II Sambas, Propinsi Kalimantan Barat.
  3. Potensi sumber daya alam
    1. Topografi
    2. Keadaan topografi kawasan CA Raya Pasi/OWA Gunung Poteng pada umumnya bergelombang, sedang sampai berat dan bergunung dengan kemiringan 15-65. Ketinggiannya berkisar antara 150-920 m dpl. Puncak tertinggi adalah Gunung Raya (920 m dpl).
    3. Iklim
    4. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson CA Raya Pasi/OWA Gn. Poteng termasuk ke dalam klasifikasi type A dengan curah hujan rata-rata pertahun 263 mm dengan kelembaban 55%.
    5. Flora
    6. Potensi flora di dalam kawasan adalah famili Dipterocarpaceae, Ebenaceae, Lauramceae dengan jenis-jenis Empaning (Qurros bennetti), Meranti, Babab, Marabatu dan Mertana, Kayu alam (Eugenia sp.), Aren (Arenga pinnata). Di dalam kawasan CA terdapat beberapa jenis anggrek alam dan bunga raflesia tuan madae dan raflesia padma yang dilindungi.
    7. Fauna
    8. Jenis-jenis fauna yang hidup di dalam kawasan adalah jenis-jenis yang dilindungi di antaranya adalah Ayam hutan, Burung madu, Burung ancuit, Rangkong, Tangkaraba, Tiung, Babi hutan, Bajing merah, Bajing terbang, Binturong, Kera ekor panjang, Kukang, Landak, Pelanduk, Trenggiling, Ular hijau, Ikan gonggong, Biawak, Lutung, Macan dahan dan Rusa.
  4. Potensi wisata alam
  5. Di samping keadaan alamnya sendiri yang potensial sebagai tempat wisata juga terdapat beberapa obyek yang dapat dinikmati, antara lain 4 (empat) buah air terjun, 3 (tiga) buah gua alam, yaitu Gua Gantung Ratu dengan kedalaman 20 m, Gua Naik Mamo 30 m dan Gua Gunung Sebayang 10 m, dan panorama alam hutan.
  6. Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan
  7. Beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain : lintas alam, menikmati air terjun, caving sekitar waduk dan memancing.
  8. Sarana kemudahan dan pelayanan
  9. Sarana kemudahan dan pelayanan yang sudah ada di kawasan wisata Gn. Poteng antara lain : wisma, jalan, kolam renang, lapangan parkir, panggung hiburan, dan taman.
  10. Pencapaian ke lokasi
    • Singkawang – Bengkawang dapat ditempuh dengan kendaraan umum dalam waktu 25 menit. Dari jalan raya menuju Wisma Gn. Poteng telah dibuat jalan yang diperkeras dan aspal serta dapat dilalui baik oleh kendaraan roda dua maupun roda empat dengan jarak terjauh 3,1 km.
    • Singkawang – Manterado – Pamilang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari Pamilang maupun Kampung Segatani menuju kawasan CA dapat ditempuh dengan jalan kaki melalui jalan setapak
  11. Cagar Alam Raya Pasi/OWA Gn. Poteng terletak pada lintas Pontianak – Singkawang sepanjang 145 km dan dapat dicapai melalui route :
  12. Peluang usaha yang dapat dikembangkan
  13. Peluang usaha yang dapat dikembangkan di CA Raya Pasi/OWA Gn. Poteng antara lain : usaha jasa pemandu wisata, usaha jasa akomodasi, dan usaha jasa sarana boga.

Jumat, 08 Oktober 2010

Taman Nasional Danau Sentarum


Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan basah danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan. Lokasi Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
  1. Dasar hukum, letak dan luas
  2. Taman Nasionala Danau Sentarum ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 757/Kpts-II/Um/1982 tanggal 12 Oktober 1982 dengan luas 73.906,25 Ha.
    Taman Nasional Danau Sentarum secara geografis terletak antara 045’-0102’ Lintang Utara dan 11157’-11220’ Bujur Timur. Secara administratif pemerintahan kawasan ini termasuk Kecamatan Semitau, Kecamatan Embau, Kecamatan Batang Lupar, Kecamatan Badau, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Dati II Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat. Sedangkan secara administrasi kehutanan termasuk KPH Kapuas Hulu.
  3. Potensi sumber daya alam
    1. Topografi
    2. Keadaan topografi Taman NasionalDanau Sentarum pada umumnya dataran rendah dengan cekungan yang terendam air. Ketinggian berkisar 50-100 m dpl.
    3. Iklim
    4. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Taman Nasional Danau Sentarum termasuk ke dalam klasifikasi type A dengan curah hujan berkisar antara 4.000 mm sampai 4.727 mm/tahun. Kondisi suhu berkisar antara 22,90°-31,05°C.
    5. Flora
    6. Secara umum, di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum terdapat beberapa type hutan rawa, antara lain : hutan rawa kerdil, hutan rawa terhalang, hutan rawa Kawi – Kamsia, hutan rawa tegakan, hutan rawa Ramin – Mentangur – Kunyit, selain hutan rawa terdapat pula hutan tepian yang didominasi jenis rengas Gluta rengas, hutan perbuktian yang didominasi oleh jenis Dipterocarpacea, dan hutan kerakas.
    7. Fauna
    8. Taman Nasional Danau Sentarum memiliki berbagai jenis satwa liar yang sangat beranekaragam, dan diantaranya adalah : Pongo pygmaeus (Pongo Pygmaeus), Siamang/ungka (Hylobates muelleri), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Bekantan (Nasalis larvatus), Babi hutan (Sus Barbatus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Bajing (Callosciurus notatus), Layang-layang (Hirundapus giganteus), dan berbagai jenis ikan seperti : Arowana (Sclerophages formosus), Linut (Sundasalanx cf. Microps), Seluang (Rasbora spp.), Belida (Notopterus borneensis), Baung (Mystus nemuzus), Tebirin (Belodontichthys dinema), dan lain sebagainya.
  4. Potensi wisata alam
  5. Disamping keadaan alamnya sendiri yang potensial sebagai tempat wisata juga terdapat beberapa obyek yang dapat dinikmati, antara lain : pemandangan/panorama alam danau yang luas dan tenang, gejala alam, nilai dan sejarah.
  6. Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan
  7. Beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain : menikmati panorama alam danau dengan bersampan, berenang dan lain-lain.
  8. Sarana kemudahan dan pelayanan
  9. Sarana kemudahan dan pelayanan yang sudah ada di Taman Nasional Danau Sentarum antara lain : jalan patroli di dalam kawasan, pos jaga di pintu masuk, pos jaga di Dusun Kenelang, Desa Suhaid Kecamatan Semitau dan Kecamatan Batang Lupar, dan penginapan yang terletak di sekitar kawasan.
  10. Pencapaian ke lokasi
  11. Kawasan Taman NasionalDanau Sentarum dapat dicapai dengan menggunakan bis umum menuju Kabupaten Sintang 8 km atau dengan pesawat udara 1 jam dan dari Sintang ke Smitau 4 jam pakai speed boat, dari Smitau ke pusat lapangan 1,5 jam dengan speed boat 40 HP. Waktu kunjungan bisa setiap saat dan tidak tergantung pada cuaca.
  12. Peluang usaha yang dapat dikembangkan
  13. Peluang usaha yang dapat dikembangkan di kawasan wisata Pasir Panjang antara lain : usaha jasa pemandu wisata, usaha jasa akomodasi, dan usaha jasa sarana boga.

Kamis, 02 September 2010

Cagar Alam Lho Fat Fun Fie

Luas:7,8 Ha
Letak:Kab. Singkawang
Penunjukan kawasan:Tahun 1982
Kawasan Cagar Alam Lo Fat Pun Fie adalah kawasan konservasi terkecil di Propinsi Kalimantan Barat.
Assesibilitas mencapai kawasan umumnya dilakukan dengan kendaraan darat (Bus/Mobil) selama +4 jam dari Kota Pontianak.
Ekosistem kawasan merupakan hutan hujan tropis dataran rendah. Flora yang menjadi unggulan dalam kawasan tersebut adalah berbagai jenis anggrek alam. Sedangkan jenis fauna yang terdapat di dalam kawasan sangat sedikit jumlahnya, hal ini dikarenakan keterbatasan luas kawasan serta desakan pemukiman, perladangan dan perkebunan di sekitar kawasan.

Minggu, 22 Agustus 2010

Cagar Alam Laut Kep. Karimata

Luas:77.000 Ha
Letak:Kabupaten Ketapang
Penunjukan kawasan:Tahun 1995
Kepulauan Karimata terletak ±100 Km sebelah Barat Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Secara geografis kawasan tersebut berada pada 108o40′ – 109o10′ Bujur Timur dan 1o25′ – 1o50′ Lintang Selatan.
Kepulauan Karimata terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Karimata dan Pulau Serutu serta beberapa pulau kecil lainnya. Kondisi topografi kawasan berupa dataran rendah sampai dengan tinggi, dari 0 – 1030 meter dari permukaan laut. Hanya di dua pulau tersebut yang dihuni oleh penduduk.
Mengingat kesulitan dalam mencapai kawasan, kegiatan pengelolaan kawasan masih relatif sedikit dibanding kawasan lainnya.
ASSESIBILITAS
Pontianak – Kep. Karimata menggunakan kendaraan kapal motor dengan waktu tempuh 18 jam.
POTENSI SUMBER DAYA ALAM
Kepulauan Karimata memiliki keanekaragaman ekosistem baik ekosistem darat maupun ekosistem laut. Akibat terpisahnya Kepulauan Karimata dengan Pulau Kalimantan, maka beberapa jenis flora dan faunanya tergolong endemik yang cukup unik di kepulauan ini. Namun pendapatan jenis-jenis tersebut secara lengkap hingga saat ini belum dilakukan.

Sabtu, 17 Juli 2010

Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka


Kawasan hutan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya didominir oleh puncak-puncak pegunungan Schwaner. Keberadaan pegunungan tersebut merupakan perwakilan dari tipe ekosistem hutan hujan tropika pegunungan dengan kelembaban relatif tinggi (86%).
Tercatat 817 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 139 famili diantaranya Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, dan Ericadeae. Selain terdapat tumbuhan untuk obat-obatan, kerajinan tangan, perkakas/bangunan, konsumsi, dan berbagai jenis anggrek hutan. Terdapat bunga raflesia (Rafllesia sp.) yang merupakan bunga parasit terbesar dan juga tumbuh di Gunung Kinibalu Malaysia.
Tumbuhan endemik antara lain Symplocos rayae, Gluta sabahana, Dillenia beccariana, Lithocarpus coopertus, Selaginnella magnifica, dan Tetracera glaberrima.
Satwa mamalia yang dapat dijumpai antara lain macan dahan (Neofelis nebulosa), orangutan (Pongo satyrus), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), lutung merah (Presbytis rubicunda rubicunda), kukang (Nyticebus coucang borneanus), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), bajing terbang (Petaurista elegans banksi), dan musang belang (Visvessa tangalunga).
Jenis burung yang menetap di taman nasional ini antara lain enggang gading (Rhinoplax vigil), rangkok badak (Buceros rhinoceros borneoensis), enggang hitam (Anthracoceros malayanus), delimukan zamrud (Chalcophaps indica), uncal kouran (Macropygia ruficeps), kuau raja (Argusianus argus grayi), dan kuau kerdil Kalimantan (Polyplectron schleiermacheri).

Kuau kerdil merupakan satwa endemik pulau Kalimantan yang paling terancam punah akibat kegiatan manusia di dalam hutan.Masyarakat asli yang berada di sekitar taman nasional merupakan keturunan dari kelompok suku Dayak Limbai, Ransa, Kenyilu, Ot Danum, Malahui, Kahoi dan Kahayan. Karya-karya budaya mereka yang dapat dilihat adalah patung-patung kayu leluhur yang terbuat dari kayu belian, kerajinan rotan/bambu/pandan dan upacara adat.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:Bukit Baka. Pendakian, menyelusuri sungai dan pengamatan satwa/tumbuhan. Bukit ini mempunyai ketinggian 1.620 meter dpl, dan sering ditutupi kabut dengan suhu udara antara 15° – 20°C. Puncak Bukit Baka dapat ditempuh sekitar tujuh jam perjalanan dari Dusun Nanga Juoi Kecamatan Manukung.
Bukit Raya. Pendakian, menyelusuri sungai dan pengamatan satwa/tumbuhan, wisata budaya. Ketinggian Bukit Raya sekitar 2.278 meter dpl, suhu udara antara 7° – 10°C. Lama pendakian dari Nanga Jelun-dung, dusun Rumokoy, Mihipit, Hulu Labang, Birang Merabai sampai ke puncak bukit sekitar 3-4 hari.
Sungai Senamang, Sepan Apui dan Sungai Ella. Arung jeram, sumber air panas, padang pengembalaan rusa, pengamatan satwa dan air terjun.
Atraksi budaya di luar taman nasional:Kaburai. Stasiun Pelatihan dan Penelitian Kehutanan yang terletak di Dusun Kaburai. Tumbang Gagu. Melihat rumah panjang tradisional suku Dayak (Betang).
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d September setiap tahunnya
Cara pencapaian lokasi :Cara pencapaian lokasi: Pontianak-Sintang-Nanga Pinoh (mobil), 460 km selama sembilan jam dan dilanjutkan ke Nanga Nuak dengan speedboat selama 2,5 jam. Dari Nanga Nuak ke lokasi taman nasional selama dua jam dengan mobil. Atau dari Palangkaraya-Kasongan menggunakan mobil selama 1,5 jam, dilanjutkan menggunakan speedboat selama tiga jam menuju Tumbang Samba, dan ke Tumbang Hiran selama tiga jam dan ke Tumbang Senamang dan Kutuk Sepanggi selama dua dan empat jam.

Kantor: Jl. Dr. Wahidin No. 75
Sintang 78611, KalBar
Telp./Fax. (0565) 23521
E-mail: tnbbbr@plasa.com

Dinyatakan —
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 281/Kpts-II/1992
luas 181.090 hektar
Ditetapkan —
Letak Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan
Barat dan Kabupaten Kotawaringin Timur

Kamis, 08 Juli 2010

Taman Wisata Alam Baning

Luas:215 Ha
Letak:Kabupaten Sintang
Penunjukan kawasan:Tahun 1990
Hutan Wisata Baning yang pengembangannya dicanangkan sebagai Taman Wisata Alam, merupakan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki topografi datar. Hal yang menarik dari keberadaan kawasan Baning adalah letaknya yang berada di pusat Kota Sintang, sehingga dapat dengan mudah dicapai oleh pengunjung serta dapat berfungsi sebagai paru-paru kota.
Keunikan ekosistem kawasan, karena merupakan hutan rawa gambut yang tergenang sepanjang tahun sehingga diperkirakan terdapat beberapa jenis tumbuhan endemik.
ASSESIBILITAS
NO.RUTE PERJALANANKENDARAANWAKTU
(JAM)
1
2
Pontianak – Sintang
Sintang – Kawasan
Bus
Kendaraan umum
7
0,5
POTENSI WISATA
Hutan Wisata Baning hanya menampilkan keberadaan hutannya sebagai obyek. Jalur wisata yang dibuat di bawah keteduhan tajuk pohon, serta ekosistem hutannya yang unik berupa hutan rawa gambut merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
PENGEMBANGAN KAWASAN
Pembangunan dan pengembangan kawasan Hutan Wisata Baning dilaksanakan oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Tingkat II Sintang. Dengan keunikan sumber daya alamnya, kawasan ini tidak hanya berpotensi sebagai kawasan wisata tetapi juga sebagai tempat penelitian, khususnya bagi mahasiswa dan pelajar setempat.

Rabu, 23 Juni 2010

Taman Wisata Alam Bukit Kelam

Luas:520 Ha
Letak:Kabupaten Sintang
Penunjukan kawasan:Tahun 1992
Taman Wisata Alam Bukit Kelam merupakan salah satu di antara dua kawasan konservasi yang berstatus Hutan Wisata Alam. Terletak di Kabupaten Sintang, ±15 Km dari Kota Sintang.
ASSESIBILITAS
Pencapaian kawasan dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan kendaraan umum (Bus) atau kendaraan pribadi.
Rute perjalanan menuju kawasan :
NO.RUTE PERJALANANKENDARAANWAKTU
(JAM)
1Pontianak – Sintang6
2
Bus
Pesawat Udara
2Sintang – Kawasan1,5Kendaraan Umum
POTENSI WISATA
Sebagai kawasan Hutan Wisata, keberadaan obyek rekreasi dan wisata menjadi peranan penting untuk menghadirkan pengunjung. Beberapa obyek menarik tersebut adalah panorama alam yang menampakkan sebuah tebing terjal setinggi ±600 meter yang diselingi hutan lebat di kaki gunung dan puncaknya, terdapat pula air terjun dan gua alam.
Flora yang paling unik di dalam kawasan ini adalah terdapatnya jenis Kantong Semar Merah (Nephentes sp) yang merupakan tumbuhan endemik kawasan ini.
FASILITAS WISATA
Dalam rangka pengembangan dan pengadaan sarana wisata kawasan, Sub Balai Konservasi Sumber Daya bekerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah Tingkat II Sintang, membangun beberapa fasilitas:
  1. Jalur wisata permanen yang dapat dengan mudah dipergunakan oleh pengunjung untuk mencapai obyek-obyek di dalam kawasan.
  2. Sebuah bangunan permanen yang telah disiapkan sebagai balai pertemuan dan pusat informasi kawasan.
Dalam pengembangan kawasan ini lebih lanjut akan diupayakan penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan rekreasi dan wisata seperti Program Interpretasi Kawasan, papan petunjuk dan himbauan pelestarian kawasan dan pemandu yang akan membantu menghubungkan obyek dan pengunjung.

Jumat, 28 Mei 2010

Kawasan Konservasi dI Indonesia

50 TAMAN NASIONAL DI INDONESIA
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (pasal 1 butir 14 UU No. 5 Tahun 1990).

Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (Pasal 1 butir 13 UU No. 5 Tahun 1990).

Berikut ini daftar Taman Nasional yang ada di Indonesia (anda dapat klik setiap kawasan berdasarkan pulau pada peta diatas) :

Taman Nasional di Pulau SumateraTaman Nasional di Pulau JawaTaman Nasional di Bali dan Nusa Tenggara
1. Gunung Leuser *) **)1. Ujung Kulon **)1. Bali Barat
2. Siberut *)2. Kepulauan Seribu 2. Gunung Rinjani
3. Kerinci Seblat **)3. Gunung Halimun3. Komodo *) **)
4. Bukit Tigapuluh4. Gunung Gede Pangrango *)4. Manupeu Tanah Daru
5. Bukit Duabelas 5. Karimunjawa5. Laiwangi Wanggameti
6. Berbak ***)6. Bromo Tengger Semeru 6. Kelimutu
7. Sembilang7. Meru Betiri 
8. Bukit Barisan Selatan **)8. Baluran 
9. Way Kambas9. Alas Purwo 
10. Batang Gadis10. Gunung Merapi 
11. Tesso Nilo11. Gunung Merbabu 
12. Gunung Ciremai
   
Taman Nasional di Pulau KalimantanTaman Nasional di Pulau SulawesiTaman Nasional di Maluku dan Papua
1. Gunung Palung1. Bunaken1. Manusela
2. Danau Sentarum ***)2. Bogani Nani Wartabone2. Aketajawe - Lolobata
3. Betung Kerihun  3. Lore Lindu *)3. Teluk Cendrawasih
4. Bukit Baka-Bukit Raya   4. Taka Bonerate  4. Lorentz **)
5. Tanjung Puting *)5. Rawa Aopa Watumohai 5. Wasur
6. Kutai  6. Wakatobi
7. Kayan Mentarang  7. Kepulauan Togean
8. Sebangau8. Bantimurung - Bulusaraung
Taman Nasional di Pulau SumatraTaman Nasional di Pulau KalimantanTaman Nasional di Pulau SulawesiTaman Nasional di Pulau JawaTaman Nasional  di Maluku dan PapuaTaman Nasional di Pulau Bali dan Nusa TenggaraKeterangan:
*)      Cagar Biosfer
**)    World Heritage Sites
***)   Ramsar Sites

Minggu, 21 Maret 2010

Hari Hutan Sedunia

Hutan


Hari hutan sedunia sudah diperingati oleh masyarakat dunia sekitar 30 tahun belakangan ini.
Awalnya sih, hari hutan sedunia ini hanya diperingati oleh General Assembly of the European Confederation of Agriculture . Nggak berapa lama kemudian, organisasi di PBB yang mengurus bidang makanan dan pertanian segera mendukung kegiatan itu di seluruh dunia.
Tanggal 21 Maret dipilih oleh masyarakat dunia untuk menjadi momentum peringatan Hari Hutan Sedunia yang saat itu mengampanyekan 3 hal utama untuk menjaga keberadaan hutan di dunia, yaitu melindungi hutan, memanfaatkan hasil hutan, dan menjadikan hutan sebagai tempat rekreasi alam untuk kesejahteraan manusia.

Soal Hutan

Hutan


Kamu tahu dong, di hutan itu enggak melulu pohon-pohon besar saja, tapi di hutan pun terdapat berbagai makhluk hidup yang berkembang biak di dalamnya, termasuk air, tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, karena global warming (pemanasan global) fungsi hutan sebagai paru-paru dunia mulai menipis. Pembukaan areal hutan, penebangan liar, pembabatan hutan untuk lahan pertanian dan segala kegiatan produksi komersial lainnya, termasuk memburu hewan-hewan liar yang hidup di hutan dilakukan manusia secara besar-besaran.

Dari tahun ke tahun kegiatan itu terus berlangsung, sampai akhirnya pemanasan global, bencana alam, seperti longsor, banjir, dan lainnya mulai melanda.
Oleh karena itu, untuk memperingati hari hutan sedunia, setiap organisasi yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup menghimbau untuk menyelamatkan hutan.

Hutan
Luas Hutan di Indonesia
Kawasan hutan Indonesia mencapai 162 juta hektar . Lahan hutan terluas itu ada di Papua (32,36 juta hektar luasnya). Kemudian hutan Kalimantan (28,23 juta hektar), Sumatera (14,65 juta hektar), Sulawesi (8,87 juta hektar), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta hektar), Jawa (3,09 juta hektar), Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta hektar).

Nah, luas banget, kan hutan di Indonesia. Asal kamu tahu saja nih, Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis terluas ke-3 di dunia, setelah Brasil dan Kongo. Dan sayangnya, menurut buku Rekor Dunia Guinness , Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat kehancuran hutan tercepat di antara negara-negara yang memiliki 90 persen dari sisa hutan di dunia.

Berapa luas hutan yang dihancurkan ?
Menurut buku tersebut, Indonesia menghancurkan luas hutan yang setara dengan 300 lapangan sepakbola setiap jamnya. Forest Watch Indonesia pun mencatat kerusakan hutan di Indonesia dari tahun terus meningkat, sampai saat ini saja sudah mencapai 2 juta hektar per tahun.
Sebanyak 72% dari hutan asli Indonesia telah musnah. Akibatnya, luas hutan Indonesia selama 50 tahun terakhir telah berkurang dari 162 juta hektar menjadi 98 juta hektar.

Senin, 08 Maret 2010

Penjelasan nama dan Istilah Kehutanan



FLORA DAN FAUNA
LokalLatinInggris
  Flora
  Nyatoh/Nantu  Palaquium sp.  Palaquium
  Meranti  Shorea sp.  Meranti
  Campaka  Elmerillia ovalis
  Michelia sp.
  Damar  Agathis sp.  Agathis
  Linggua  Pterocarpus indica
  Matoa  Pometia pinnata
  Palapi  Terrictia sp.
  Hertiera sp.
  Kayu Hitam  Dyospiros sp.  Eboni
  Dao  Dracontomelon dao
  Melur  Podocarpus sp.  Podocarp
  Kayu Besi/Bayam/Merbau  Instia bijuga
  Rotan  Callamus sp.  Rattan
  Cengkeh  Eugenia aromatica  Clove
  Sagu  Metroxylon sp.  Sagopalm
  Pinus  Pinus merkusii  Pine
  Kemiri  Aleurites mollucana
  Aren  Arenga pinnata
  Durian  Durio sp.
  Kenanga  Cananga odorata
  Nipah  Nifa sp.
  Sirsak  Anona sp.
  Sukun  Arthocarpus sp.
  Melinjo  Gnetum gnemon
  Mahoni  Swietenia sp.  Sundle jack
  Fauna
  Anoa  Bubalus sp.  Litle bull
  Babi rusa  Babyrousa babyrousa
  Yaki/Kera Hitan  Macaca nigra  Monkey/Black macaca
  Macaca mingrescent
  Tangkasi/Tarsius  Tarsius spectrum  Sulawesi tarsier
  Maleo  Macrocephalon maleo  Maleo
  Kuskus  Phalanger ursinus
  Phalanger celebensis

DAS atau daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh pembatas topografi berupa punggung bukit, di mana hujan yang jatuh di atasnya mengalir ke sungai utama yang akhirnya bermuara ke danau atau ke laut.
Pengelolaan DAS adalah pengelolaan sumberdaya alam dapat pulih yakni tanah dan vegetasi dalam suatu DAS dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara, dan melindungi DAS agar menghasilkan air dengan kondisi tata air yang baik.
USLE atau universal soil loss equation adalah suatu metoda untuk memperkirakan besarnya laju erosi yang terjadi di suatu bidang lahan; dengan memperhatikan faktor curah hujan, jenis tanah, kelerengan, vegetasi dan upaya praktis konservasi tanah.
Erosi adalah proses hilangnya lapisan tanah atas yang subur oleh karena pengikisan air hujan atau angin.
Sedimentasi adalah proses pengendapan lumpur/tanah yang terbawa oleh air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Sedimentasi umumnya terjadi pada tubuh-tubuh air, waduk, bendungan, danau dan muara sungai.
Chek Dam adalah bangunan bendungan yang bertujuan untuk mengendalikan/menampung kandungan lumpur yang terbawa oleh aliran air hujan permukaan tanah.
Teras adalah kegiatan sipil teknis pengolahan tanah yang mengikuti garis kelerengan/kontur dengan maksud untuk memperkecil erosi dan aliran hujan permukaan tanah.
Lahan Kritis adalah lahan yang tidak mampu lagi berperan menjadi unsur produksi pertanian. Media pengatur tata air maupun sebagai perlindungan alam lingkungan.
Greenbelt atau Sabuk Hijau adalah kegiatan konservasi tanah dengan melakukan penanaman di wilayah penyangga, sehingga wilayah yang dilindungi terhindar dari gangguan kerusakan.
Ring Belt atau Gelang Hijau adalah kegiatan konservasi dan perlindungan sumber air atau danau dengan melakukan penanaman di sekeliling sumber air atau danau pada radius tertentu.

  RTL=  Rencana Tehnik Lapangan
  RLKT=  Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
  DAS=  Daerah Aliran Sungai
  HPH=  Hak Pengusahaan Hutan
  BRLKT=  Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
  PKT=  Perhutanan dan Konservasi Tanah
  BIPHUT=  Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan
  BKSDA=  Balai Konservasi Sumber Daya Alam
  HW=  Hutan Wisata
  CA=  Cagar Alam
  TN=  Taman Nasional
  TB=  Taman Buru
  TGHK=  Tata Guna Hutan Kesepakatan
  UP-UPSA  =  Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumber Daya Alam
  UP-UPM=  Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap