Halaman

Kamis, 30 Desember 2010

Gaharu


Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara penghasil gaharu di dunia, karena mempunyai lebih dari 25 jenis pohon penghasil gaharu yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Gaharu merupakan komoditi elit Hasil Hutan Bukan Kayu yang saat ini banyak di minati oleh konsumen, baik dalam negeri maupun luar negeri.


Kayu Gaharu yang sudah di proses

Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997), diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu :

       Aquilaria subintegra, asal Thailand
       Aquilaria crassna asal Malaysia, Thailand, dan Kamboja
       Aquilaria malaccensis, asal Malaysia, Thailand, dan India
       Aquilaria apiculina, asal Filippina
       Aquilaria baillonii, asal Thailand dan Kamboja
       Aquilaria baneonsis, asal Vietnam
       Aquilaria beccarain, asal Indonesia
       Aquilaria brachyantha, asal Malaysia

       Aquilaria cumingiana, asal Indonesia dan Malaysia
       Aquilaria filaria, asal China
       Aquilaria grandiflora, asal China
       Aquilaria hilata, asal Indonesia dan Malaysia
       Aquilaria khasiana, asal India
       Aquilaria microcarpa, asal Indonesia Malaysia
       Aquilaria rostrata, asal Malaysia
       Aquilaria sinensis, asal Cina

Proses pembentukan
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka.

Hasil suntikan
Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem
pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman.Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.

Nilai Ekonomi
Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia. Harga gaharu kualitas baik di tingkat konsumen di pasar internasional, sekitar US $ 5 sd. 15 per gram,  (Rp 45.000,- sd. 135.000,-). Sedemikian tingginya nilai produk gaharu, hingga penjualannya menggunakan bobot gram. Bukan ons atau kg. Gaharu adalah bahan parfum, kosmetik dan obat-obatan (farmasi). Parfum diperoleh dari hasil ekstraksi resin dan kayunya. Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas penting, semenjak jaman Mesir Kuno. Mumi mesir, selain diberi rempah-rempah (kayumanis, cengkeh), juga diberi cendana dan gaharu. Dalam injil, disebutkan bahwa kain kafan Yesus (Isa Al Masih), diberi Aloe. Istilah ini bukan mengacu ke Aloe vera (lidah buaya), melainkan kayu gaharu.
Itulah sebabnya kayu gaharu juga disebut sebagai aloeswood (kayu aloe). Nama dagang lainnya adalah agarwood, heartwood, dan eaglewood. Di pasar internasional, gaharu murni diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk dan minyak (parfum). Kayu gaharu bisa dijadikan bahan kerajinan bernilai sangat tinggi, atau untuk peralatan upacara keagamaan. Serbuk gaharu digunakan untuk dupa/ratus, dan minyaknya merupakan parfum kelas atas. Serbuk gaharu sebagai dupa akan dibakar langsung dalam ritual keagamaan. Baik Hindu, Budha, Konghucu, Thao, Shinto, Islam dan Katolik. Kayu gaharu disebut sebagai kayu para dewa. Aroma gaharu karenanya dipercaya mampu menyucikan altar dan peralatan peribadatan lainnya.
Selain itu dupa gaharu juga dimanfaatkan untuk mengharumkan ruangan, rambut dan pakaian para bangsawan. Aroma gaharu akan digunakan sebagai aromaterapi di spa-spa kelas atas.  Selain untuk ritual keagamaan, parfum dan kosmetik, produk gaharu juga sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistik. Baik pemanfaatannya, terlebih lagi proses pencariannya dari alam. Pengambilan gaharu dari hutan, memang selalu dilakukan secara tradisional, dengan berbagai ritual dan kebiasaan setempat. Pencarian gaharu di lokasi sulit, harus menggunakan pesawat terbang atau helikopter. Beberapa kali pesawat terbang dan heli pencari gaharu, hilang di hutan belantara di Kalimantan, hingga memperkuat kesan mistis produk gaharu.

Minggu, 19 Desember 2010

Cagar Alam Kendawangan

Luas:150.000 Ha
Letak:Kabupaten Ketapang
Penunjukan kawasan:Tahun 1982
Cagar Alam Muara Kendawangan memiliki tipe ekosistem hutan pantai, rawa air tawar dan tipe hutan dataran rendah.
Pencapaian kawasan dapat dilakukan dengan kendaraan darat (Mobil) selama +4 jam dari Kota Ketapang.
Jenis tumbuhan yang terdapat di dalam kawasan diantaranya Meranti (Shorea sp), Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Jelutung (Dyera lowii).
Pada ekosistem pantai menjadi tempat bertelurnya Penyu Belimbing (Dermochellelys coriaceae), beraneka ragam burung pantai dan Kura Gading (Orlitia borneensis). Pada tipe hutan rawa air tawar menjadi habitat Bekantan (Nasalis larvatus) dan beberapa jenis Primata lainnya.

Sabtu, 18 Desember 2010

Pengenalan Pohon Ramin


Kayu Ramin dihasilkan oleh pohon yang termasuk marga (genus) Gonystylus dari suku (family) Tyhmelaeaceae yang banyak tumbuh di daerah rawa gambut dalam hutan alam. Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 10 (sepuluh) jenis pohon Ramin, antara lain: G.affinis A.Shaw, G.brunescens A.Shaw, G.confuses A.Shaw, G.forbesii Gilg, G.keithii A.Shaw, G.macrophyllus A.Shaw, G.maingayi Hk.f, G.velutinus A.Shaw, G.xylocarpus A.Shaw dan G.bancanus (Miq.) Kurz. Ramin merupakan nama yang ditujukan untuk jenis: G.xylocarpus A.Shaw, G.velutinus A.Shaw dan Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz. Untuk jenis G.affinis A.Shaw dan G. forbesii Gilg sering disebut sebagai kayu minyak. Di antara kesepuluh jenis tersebut, jenis Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz yang paling banyak diminati untuk diperdagangkan. Pada laporan studi ini nama Ramin yang digunakan oleh tim studi ditujukan kepada jenis Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz. Selain Ramin, nama lokal yang sering dipakai untuk jenis Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz dari beberapa lokasi dapat dilihat pada Tabel 1.Pohon Ramin termasuk jenis yang memiliki kecenderungan hidup mengelompok dengan sebaran terbatas. Ramin tergolong pohon sedang, yang memiliki batang bundar, tingginya bisa mencapai 40 - 50 m serta memiliki garis tengahnya mencapai 120 cm. Ramin memiliki kulit kayu berwarna kelabu sampai coklat kemerahan tergantung umur kayu Ramin, tidak bergetah bermiang serta beralur dangkal. Kayunya memiliki warna putih sampai kekuningan dengan daun berbentuk jorong atau bundar telur sungsang. Kayu Ramin berwarna kuning pada waktu ditebang, apabila telah dikeringkan akan berwarna keputih­putihan. Kayu Ramin disebut an attrac­tive, high class utility hardwood dengan tekstur yang halus dan rata serta berserat halus.Tingkat keawetan alami kayu Ramin tergolong rendah sehingga butuh perlakuan khusus dan kayunya tergolong kelas awet V karena sangat peka terhadap serangan jasad perusak atau bubuk kayu basah (blue stain). Dengan demikian apabila ingin memperoleh ketahanan dalam pemakaian, kayu jenis Ramin harus diawetkan terlebih dahulu. Kayu Ramin tergolong jenis sangat mudah diawetkan serta mempunyai berat jenis 0,63.

Ramin tumbuh pada tanah podsolik, tanah gambut, tanah aluvial dan tanah lempung berpasir kwarsa yang terbentuk dari bahan induk endapan. Habitat Ramin mempunyai tingkat keasaman (pH) bervariasi dari 3,6 sampai dengan 4,4. Apabila meninjau dari sifat biologisnya, Ramin bukanlah jenis tumbuhan yang mempunyai siklus perbuahan yang teratur pada tiap tahunnya dan akibatnya, regenerasi alam jenis Ramin lebih lambat daripada jenis lain. Selain faktor di atas, kondisi lingkungan tempat tumbuh juga sangat besar pengaruhnya.Musim bunga dari pohon Ramin bervariasi setiap daerah dengan interval yang tidak beraturan. Biasanya musim berbunga pohon Ramin dari bulan Februari – Maret tetapi ada juga yang berbunga pada bulan Mei dan Oktober. Dua sampai tiga bulan kemudian tiba musim berbuah dan masaknya buah di antara bulan Oktober sampai Januari. Jika buah telah masak maka akan terlihat warna oranye kemerah­merahan. Warna tersebut merupakan warna kulit buah bagian dalam, karena kulit buah bagian luar akan mengelupas dengan sendirinya.



PENYEBARAN POHON RAMIN

Pohon jenis Ramin tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 dpl. Saat ini marga Gonystylus terdiri dari sekitar 30 jenis di seluruh dunia dan jumlah ini masih mungkin bertambah dikarenakan masih ada jenis yang belum teridentifikasi. Di Kalimantan khususnya Serawak, terdapat 27 jenis Ramin yang kesemuanya digolongkan sebagai jenis yang terancam punah. Tujuh jenis dijumpai di Sumatera dan Peninsular Malaysia dan dua jenis terdapat di Philipina. Di Malaysia, jenis Ramin dijumpai pada wilayah Penin­sular (yaitu: Perak, Johor dan Selangor), Sabah dan Serawak. Di Philipina, terdapat di Cagayan, Neuva Ecija, Bataan, Laguna, Quezon, Camarines, dan Mindoro. Penyebaran jenis Ramin sampai ke Asia Pasifik seperti : Nikobar, Fiji dan kepulauan Solomon.
Penyebaran jenis Ramin di Indonesia yang pernah teridentifikasi terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya dan terutama di Pulau Sulawesi. Di Pulau Jawa, Ramin tumbuh di Nusakambangan, sepanjang pantai Jawa Barat di kaki gunung Gede dan anten. Ramin juga dijumpai di Riau, Bangka Belitung , pesisir timur Pulau Sumatera dan sepanjang Sungai Musi pada Pulau Sumatera. Pada Pulau Kalimantan sebarannya terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Di Indonesia untuk sekarang ini, jenis kayu Ramin hanya dapat dijumpai di kawasan hutan rawa Pulau Sumatera, kepulauan di selat Karimata, dan Pulau Kalimantan. Kawasan konservasi merupakan habitat tersisa dari jenis Ramin yang masih memiliki tegakan relatif rapat dan memiliki diameter pohon relatif besar.

Di Pulau Sumatera, khususnya propinsi Riau dan Jambi, kawasan yang teridentifikasi memiliki tegakan pohon Ramin antara lain: Hutan Lindung Giam-Siak Kecil, Suaka Margasatwa Danau Bawah dan Danau Pulau Besar, Suaka Margasatwa Tasik Belat, Suaka Margasatwa Tasik Sekap, Suaka Margasatwa Bukit Batu dan Taman Nasional Berbak di Propinsi Jambi. Selain di kawasan konservasi, di beberapa hutan produksi yang dikelola oleh perusahaan kehutanan diindikasikan masih ada tegakan Ramin dalam jumlah yang tergolong kecil. Hak Penguasaan Hutan (HPH) PT. Diamond Raya Timber, PT. Rokan Permai, PT. Triomas FD (ketiganya anak perusahaan GrupUniseraya), PT. Inhutani IV di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) PT. Uniseraya merupakan beberapa perusahan kehutanan yang memiliki tegakan jenis Ramin.

Untuk Pulau Kalimantan, Ramin dapat ditemukan di Taman Nasional Tanjung Puting, DAS Sebangau dan DAS Mentaya (Kalimantan Tengah), sementara di Propinsi Kalimantan Barat, tegakan jenis Ramin dapat dijumpai di Kabupaten Sambas, Cagar Alam Mandor, Cagar Alam Muasra Kaman, Taman Buru Gunung Nyiut, Suaka Margasatwa Pleihari Martapura, Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Gunung Palung serta sekitarnya. Dan ada kemungkinan bahwa di beberapa daerah lahan basah Pulau Kalimantan masih memiliki tegakan Ramin. Berdasarkan data inventarisasi Departemen Kehutanan, perusahaan yang masih mempunyai tegakan Ramin adalah HPH PT. Bintang Arut di Kalimantan Tengah
.
Berdasarkan dari lokasi yang telah teridentifikasi masih memiliki populasi Ramin, tim studi memilih secara acak beberapa lokasi untuk dijadikan sebagai lokasi studi. Lokasi yang dijadikan sebagai lokasi studi antara lain: Taman Nasional Tanjung Puting dan SM Danau Bawah dan Danau Pulau Besar yang merupakan kawasan konservasi, areal konsesi PT. Diamond Raya Timber yang merupakan kawasan hutan produksi serta kawasan bekas areal hutan produksi seperti LAHG Cimtrop, bekas areal PT. Sumber Alam Jaya dan PT. Diamond Raya Timber.


Senin, 13 Desember 2010

Pohon Ulin

Pohon Ulin
Pohon Kayu Ulin\Kaltim



Nama lain dari pohon ulin adalah pohon kayu besi. Dan sebenarnya, pohon ulin (eusideroxylon zwageri) adalah salah satu pohon yang terkenal dari hutan Kalimantan dengan ciri kayunya keras dan kuat, warna gelap, dan tahan terhadap air laut. Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan. Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah sumatera bagian selatan dan kalimantan.

Tinggi pohon ulin mencapai 50 m dengan diameter hingga 120 cm, dan tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5-400 m di atas permukaan laut .Pohon tersebut agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ada bagian yang berlobang.

Jenis kayu dari pohon ulin ini tidak mudah lapuk baik di air maupun daratan. Sayangnya, pohon ini tidak bisa tumbuh pada semua kawasan hutan. Biasanya tumbuh pada dataran tinggi dengan tanah berpasir. Oleh karena itu, pembibitan dan pembudidayaannya agak sulit dilakukan.