Halaman

Jumat, 05 Februari 2010

Cagar Alam Mandor




Luas:3.080 Ha
Letak:Kabupaten Landak
Penunjukan kawasan:Tahun 1982

ca-mandor
ca-mandor



A. Sejarah Penunjukan Kawasan
Cagar Alam Mandor seluas 3.080 hektar ditunjuk berdasarkan surat keputusan Het Zelfbestuur Van Het Landschap Pontianak, Nomor 8 tanggal 16 Maret 1936, yang disahkan oleh De Residen der Westafdeeling Van Borneo, tanggal 30 Maret 1936. Berdasarkan Ordonansi Perlindungan 1941 (Natuurbeschermings ordonantie 1941), Cagar Alam Mandor ini ditunjuk untuk melindungi jenis tumbuhan asli Kalimantan Barat antara lain jenis Anggrek Alam. Selanjutnya kawasan ini ditunjuk sebagai Cagar Alam berdasar Keputusan Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982. Tata batas secara definitif berdasarkan Berita Acara Tata Batas, Tanggal 4 Pebruari 1978, disahkan oleh Menteri Pertanian Ub. Direktur Jeneral Kehutanan, Tanggal 15 Januari 1980. Panjang batas seluruhnya 29 kilometer, yang terdiri dari 23,7 Kilometer batas buatan, dan 5,3 kilometer batas alam.
B. Letak Kawasan
Cagar Alam Mandor secara geografis terletak antara 00°15’ – 00°20’ LU dan 109°18’ – 109°23’ BT dan secara administrasi masuk Kecamatan Mandor Kabupaten Landak.
C.    C.  Kondisi Fisio-Ekologi
Keadaan topografi di Cagar Alam Mandor umumnya datar dan berupa dataran rendah dan perbukitan dengan jenis tanah podsolik. Tipe ekosistem yang terdapat di kawasan ini adalah hutan rawa gambut, hutan hujan dataran rendah dan hutan kerangas.
D.    D.  Keadaan Flora dan Fauna
Potensi flora yang ada adalah vegetasi yang disusun oleh hutan rawa gambut, hutan kerangas, dan hutan hujan dataran rendah tersebut, yang dominasi oleh beberapa jenis pohon seperti : Meranti (Shorea spp), Rengas (Gluta renghas), Jelutung (Dyera costulata) dan  Tengkawang (Shorea stenoptera). Selain jenis yang mendominasi tersebut dalam kawasan ini juga banyak terdapat jenis komersil lainnya seperti Merbung/Mabang (Shorea pachyphylla), Agatis (Agathis bornensis), Kebaca (Melanorrhoa walicchii), Keladan (Dryobalanops becarii), Ramin (Gonystylus bancanus) dan beberapa jenis tumbuhan lain. Selain jenis pohon pada kawasan ini juga terdapat 15 jenis anggrek dan 8 jenis Nephentes yang antara lain yaitu : Angrek Hitam (Cologyne pandurata), Angrek Kuping Gajah (Bulbophylum beccarii), Angrek Tebu (Gramotophyllum grama), Angrek Lilin Kecil (Cleisostom subulatum) Eria sp. dan sebagainya.
Untuk jenis fauna, berdasarkan hasil orientasi singkat diketahui bahwa kawasan ini juga banyak terdapat jenis-jenis yang dilindungi, seperti untuk jenis mammalianya adalah Beruang Madu (Herlactos malayanus), Kelempiau (Hylobates agilis), Kancil (Tragulus Napu dan Tragulus javanicus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Binturong (Arctictis binturong), dan beberapa jenis musang (Viverriae) serta Landak (Hysterix branchyura); untuk jenis burung seperti Burung Enggang (Buceros rhinoceros), Burung Ruai (Argusianus argus), Elang Bondol (Heliastur indus), Alap-alap Capung (Mycrohierax fringillarius) dan lain sebagainya.

ASSESIBILITAS
No. RUTE PERJALANAN KENDARAAN WAKTU
1
2
Pontianak – Mandor
Mandor – Kawasan
Bus/Kendaraan pribadi
Bus/Kendaraan pribadi
2 Jam
30 Menit

Senin, 01 Februari 2010

Taman Nasional Betung Kerihun


Sebagian besar keadaan topografi Taman Nasional Betung Kerihun berupa perbukitan, dari bentangan Pegunungan Muller yang menghubungkan Gunung Betung dan Gunung Kerihun, sekaligus sebagai pembatas antara wilayah Indonesia dengan Serawak, Malaysia.
Dari kaki-kaki pegunungan Muller tersebut, mengalir sungai-sungai kecil yang membentuk Daerah Aliran Sungai (DAS): Kapuas, Sibau, Mendalam, Bungan dan Embaloh. Untuk menuju kawasan Taman Nasional Betung Kerihun harus melalui sungai-sungai tersebut.


Taman nasional ini memiliki delapan tipe ekosistem hutan seperti hutan dataran rendah, sekunder tua, Dipterocarpus, sub-montana, dan montana; dengan keanekaragaman tumbuhan bernilai tinggi sebanyak 1.216 jenis yang terdiri dari 418 genus dan 110 famili (75% endemik Kalimantan). Sebanyak 14 jenis merupakan “catatan baru” di Indonesia diantaranya Musa lawitiensis, Neouvaria acuminatissima, Castanopsis inermis, Lithocarpus philippinensis, Chisocheton cauliflorus, Syzygium spicata dan Shorea peltata, serta 13 jenis palem merupakan “catatan baru” di Kalimantan antara lain Pinanga bifidovariegata dan soka (Ixora sp.).
Terdapat kurang lebih 48 jenis mamalia termasuk 7 jenis primata diantaranya klasi (Presbytis rubicunda rubicunda), orangutan (Pongo satyrus), klampiau (Hylobates muelleri), kepuh (Presbytis frontata frontata), dan kokah (P. femoralis chrysomelas); 301 jenis burung yang terdiri dari 151 genus dan 36 famili, 15 jenis burung migran, dan 24 jenis endemik Kalimantan; 51 jenis amfibia, 52 jenis reptilia, 170 jenis insekta dan 112 jenis ikan.
Satwa yang mendominasi dan paling sering terlihat adalah orangutan (Pongo satyrus), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), tangkasi (Tarsius bancanus borneanus), owa Kalimantan (Hylobates muelleri), klasi (Presbytis rubicunda rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), lutra (Lutra sumatrana), dan kancil (Tragulus napu borneanus).
Diantara keluarga Bucerotidae yang terdapat di taman nasional ini, yang paling menonjol adalah burung julang emas (Aceros undulatus) dan enggang gading (Rhinoplax vigil) yang merupakan maskot satwa Propinsi Kalimantan Barat.
Taman Nasional Betung Kerihun diusulkan sebagai Cagar Lintas Batas dengan Lanjak Entimau Wildlife Reserve di Serawak.

Selain memiliki keanekaragaman tumbuhan/satwa dan seolah tiada akhir; aliran anak sungai yang sangat jernih berasal dari air terjun/riam di puncak bukit; suara kicauan burung dan pekikan dari berbagai satwa, kesemuanya dapat disaksikan dan dirasakan di dalam taman nasional.
Seperti halnya penduduk asli pedalaman Kalimantan umumnya, masyarakat yang berada di sekitar taman nasional ini sebagian besar berasal dari suku Dayak. Terdiri dari kelompok suku Dayak Iban, Dayak Taman dan Dayak Bukat. Salah satu kebiasaan yang cukup unik dari mereka adalah menggunakan “Tato” pada kulit.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:Pegunungan Muller, Gunung Kerihun, dan Gunung Betung. Bentangan pegunungan Muller yang merupakan batas negara dan Gunung Betung/Kerihun, sangat cocok untuk kegiatan pendakian/panjat tebing.
Sungai Tekelan, Sibau, Mendalam, Embaloh, Kanyau. Menyelusuri sungai, memancing, pengamatan satwa/tumbuhan, dan wisata budaya.
Riam Lapan, Riam Matahari. Arung jeram dengan tingkat kesulitan III s/d IV, dengan klimaksnya pada kelas V di Riam Matahari..
Sungai Sedik, Batang Pilung dan Sungai Jaan. Air terjun, pengamatan tumbuhan/satwa dan wisata budaya.
Tanjung Lokang. Pada bagian Barat taman nasional terdapat tebing-tebing dan goa kapur untuk kegiatan wisata goa dan budaya.
Atraksi budaya di luar taman nasional:Kaburai. Stasiun Pelatihan dan Penelitian Kehutanan yang terletak di Dusun Kaburai. Tumbang Gagu. Melihat rumah panjang tradisional suku Dayak (Betang).
Musim kunjungan terbaik: bulan September s/d Desember setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :Cara pencapaian lokasi: Pontianak – Putussibau dengan kendaraan roda empat sekitar 18 jam atau dengan Pesawat kecil Cessna sekitar 2,5 jam. Selanjutnya dari Putussibau menyelusuri S. Kapuas, S. Sibau dan S. Mendalam selama ± 5 jam dengan semi longboat atau dari Putussibau menyelusuri S. Kapuas dan S. Embaloh Hulu selama sekitar tiga jam dengan speedboat, kemudian dilanjutkan dengan semi longboat menuju S. Embaloh Hulu sekitar sembilan jam.


Kantor: Jl. Piere Tendean
Komplek Kodim Putussibau 78711, Kalbar
Telp./Fax. : (0567) 21935
E-mail: tnbk@ptk.centrin.net.id